Bagi banyak orang, privilese adalah mengenai harta.
Fasilitas, akses, pelayanan; kata-kata yang kerap dikaitkan dengan privilese.
Bagi saya sendiri, privilese bukanlah sesuatu yang jarang didapatkan; tetapi mengenai bagaimana kita memaknai apa yang ada di sekeliling kita, apa yang kita miliki, dan bagaimana kita menikmatinya.
Bukankah hidup itu sendiri adalah sebuah privilese?
Menurut KBBI, salah satu arti kata mewah adalah serba indah; dan bukankah indah sendiri adalah kata yang teramat subjektif? Sulit memang, menilik titik mewah dari kehidupan yang biasa-biasa saja. Apa mungkin, kemewahan, atau privilese yang ada di hidup kita tidak menjadi sebuah kemewahan lagi karena kita terlalu terbiasa? Ah, basi. Menjadi terbiasa, sehingga tidak lagi menyadari kehadirannya. Semua hanyalah perkara perspektif.
Buatku, privilese adalah sesuatu yang menyenangkan diri. Yang membuat jiwa serasa ada, serasa hidup; dan serasa dihargai. Contoh dariku, privilese adalah bisa bercengkrama dengan pikiranku sendiri. Menghabiskan sore hari di warung donat kesukaanku, dengan segelas es coklat dan lalu lalang riuhnya manusia di jalanan tengah kota.. sembari mengisi sudoku dan teka-teki di koran. Sebuah privilese pula ketika bisa menguras isi kantung air mata sembari menonton film drama Thailand di bioskop, ditemani dengan sebotol air mineral dan popcorn asin. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa nyaman ketika berkelana sendiri; sesungguhnya, itu cukup berbahaya. Bukan, bukan perkara wanita tidak aman jika pergi sendirian. Ini mengenai bagaimana kamu tidak akan bisa berhenti untuk menikmatinya ketika kamu sudah mencobanya.
Tidak apa-apa.
Berbeda merupakan suatu keharusan; apa uniknya hidup jika semua diciptakan sama?
Omong-omong,
sudahkah kamu bersyukur hari ini?
0 comments:
Post a Comment