Friday, September 14, 2018

the art of letting go

Life is a lot much easier when you realize the ones who stay will stay, and the ones who leave will leave;  no matter how hard you holding them back. 

Why do we being so hard on ourselves over someone who takes us for granted? Is it worth the pain, worth the tears, worth the time? I know how hard it is to despise our thoughts from them. To not to think about them, even for a glance. 

People said the best way of letting go is by keeping your mind busy.

Objection

Being busy is just a temporal distraction. At the end of the day, you'll be laying on your bed, and staring at the ceiling, wondering what they're doing at the very moment. What would happen if they text you, what would happen if you guys are still dating, what would happen if you two didn't know each other. Isn't that the easiest part? Wondering, wondering, and wondering. Daydreaming makes us happy, to think that maybe still there're some possibilities of the things we wants. For me, letting go isn't about keeping our mind busy, isn't about being distracted to another things. 

It's about making peace with ourselves. 

Our minds.

Our soul.

Our memories. 

It's about realizing things have changed, and that's just a cycle called life. Another cycle will come, sooner or later, we'll be happy again. Nothing is eternal, happiness, sadness, clouds, rainbows.. They're all temporary, to reminds us about the uniqueness of life. We all know how hard it is to make a fresh start, to swallow the bitter pills of truths. But eventually, we'll have to do it, right? 

Letting go is all about ourselves. How we react, feel, and see towards things. It's never about them.

It's a part of knowing ourselves better.

Monday, September 3, 2018

forms of love

"Aku di rumah, mau telfon?"

"Lagi apa, Nak?"

"Bilang ya kalau udah sampai rumah."

"Makan di sini mau nggak? Atau kamu mau tempat lain?"

"Loh, kamu tidur?! Kirain kenapa-napa, katanya tadi takut ada orang di depan rumah!"

"Hati-hati kalau ngantuk. Kamu bawa mobil, lho."

"Kamu tuh kalau tidur kepalanya langsung jatuh gitu lho, pengen aku paku aja deh di bahuku."

"Aku beli kadomu via online, tau. Habis susah carinya di toko buku."

"Hey, kenapa?"

"Udah siap cerita? Eh, belom ya. Sorry."

"Ini bisnya kapan sampe sih? Keburu kamu muntah nih, kan aku yang repot."

"Aku anterin pulang, ya?"

"Yaudah, kamu siap-siap dulu aja. Aku muter-muter dulu baru nanti ke rumah."

"Kok belum tidur?" 

"Mau coba makananku?"

"Makan aja, Ibu nggak laper."

"Besok ulang tahunmu kita mau kemana?"

"Salam buat ibumu."

"Udah, pulang sana buruan. Rumahmu kan jauh."

"Yaudah, kalau pusing tuh tidur.. Sini sini."

"Ibumu masih inget aku nggak, ya?"

"Udah, enggak apa-apa. Jangan nangis, aku juga pernah kok di posisimu. Kamu bisa."



privilese

Bagi banyak orang, privilese adalah mengenai harta.

Fasilitas, akses, pelayanan; kata-kata yang kerap dikaitkan dengan privilese.

Bagi saya sendiri, privilese bukanlah sesuatu yang jarang didapatkan; tetapi mengenai bagaimana kita memaknai apa yang ada di sekeliling kita, apa yang kita miliki, dan bagaimana kita menikmatinya. 

Bukankah hidup itu sendiri adalah sebuah privilese? 

Menurut KBBI, salah satu arti kata mewah adalah serba indah; dan bukankah indah sendiri adalah kata yang teramat subjektif? Sulit memang, menilik titik mewah dari kehidupan yang biasa-biasa saja. Apa mungkin, kemewahan, atau privilese yang ada di hidup kita tidak menjadi sebuah kemewahan lagi karena kita terlalu terbiasa? Ah, basi. Menjadi terbiasa, sehingga tidak lagi menyadari kehadirannya. Semua hanyalah perkara perspektif. 

Buatku, privilese adalah sesuatu yang menyenangkan diri. Yang membuat jiwa serasa ada, serasa hidup; dan serasa dihargai. Contoh dariku, privilese adalah bisa bercengkrama dengan pikiranku sendiri. Menghabiskan sore hari di warung donat kesukaanku, dengan segelas es coklat dan lalu lalang riuhnya manusia di jalanan tengah kota.. sembari mengisi sudoku dan teka-teki di koran. Sebuah privilese pula ketika bisa menguras isi kantung air mata sembari menonton film drama Thailand di bioskop, ditemani dengan sebotol air mineral dan popcorn asin. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa nyaman ketika berkelana sendiri; sesungguhnya, itu cukup berbahaya. Bukan, bukan perkara wanita tidak aman jika pergi sendirian. Ini mengenai bagaimana kamu tidak akan bisa berhenti untuk menikmatinya ketika kamu sudah mencobanya. 

Tidak apa-apa. 

Berbeda merupakan suatu keharusan; apa uniknya hidup jika semua diciptakan sama?

Omong-omong,

sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pages

heeell-o!

 So. It's been quite a while since I wrote. So much things happened in the last couple months.. or years? I can't even keep up. The ...